Mengejutkan, Sistem Imun Ternyata Juga Kendalikan Perilaku Anda
05 February , 2018

Sebagai individu yang unik dan independen, setiap orang memiliki karakter dan kepribadian masing-masing. Karakter dan kepribadian seseorang tercermin dari perilakunya sehari-hari. Mengejutkannya, sebuah riset terbaru menemukan bukti bahwa perilaku kita, dan bahkan mungkin kepribadian kita dipengaruhi oleh sesuatu yang mungkin tidak terduga, yaitu sistem daya tahan tubuh kita.
Peneliti telah menemukan bahwa dengan menonaktifkan satu molekul imun pada tikus, ternyata juga mengubah cara binatang kecil tersebut dalam berperilaku dan berinteraksi satu sama lain. Dari bukti tersebut, masalah pada sistem daya tahan tubuh kemungkinan besar juga akan berkontribusi pada ketidakmampuan untuk melakukan interaksi sosial yang normal. Dengan begitu, sistem daya tahan tubuh kemungkinan mempunyai peranan penting dalam kondisi-kondisi seperti autisme dan schizophrenia.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Virginia School of Medicine (UVA) dapat dijadikan salah satu fondasi terbaru dalam pengetahuan mengenai perilaku manusia. Penelitian tersebut membuktikan bahwa sistem daya tahan tubuh secara langsung mempengaruhi dan bahkan mengendalikan perilaku sosial dari makhluk hidup, salah satunya adalah keinginan untuk berinteraksi dengan sesamanya.
Jonathan Kipnis, PhD, dari University of Virginia School of Medicine Department of Neuroscience mengungkapkan bahwa otak dan sistem daya tahan tubuh pada awalnya dianggap sebagai sistem yang terpisah satu sama lain. Bahkan, setiap aktivitas imun yang ada pada otak pada awalnya disebut sebagai tanda dari sebuah patologi atau gangguan. Penelitian terbaru ini menunjukkan betapa dekatnya interaksi dari kedua sistem tersebut.
Bahkan, dapat jadi berbagai sifat dan perilaku yang berkembang adalah sebagai hasil dari respon sistem daya tahan tubuh terhadap adanya patogen. Kipnis menggambarkan bahwa tubuh kita merupakan medan perang dari patogen dan sistem imun dalam skala sel. Hasilnya, sebagian dari kepribadian kita kemungkinan didikte oleh sistem daya tahan tubuh.
Hasil dari Proses Evolusi
Penelitian yang dilakukan oleh Kipnis dan koleganya membuka pintu baru terhadap cara peneliti memandang kaitan antara kerja otak dan sistem daya tahan tubuh. Penelitian-penelitian lanjutan pun akhirnya terus bermunculan untuk mendapatkan gambaran cara kerja otak, sistem imun, dan evolusi.
Penelitian dari UVA menunjukkan bahwa molekul imun yang disebut Interferon Gamma, diperkirakan mempunyai peranan penting pada perilaku sosial pada berbagai macam makhluk hidup, seperti lalat, ikan zebra, dan tikus. Molekul tersebut normalnya diproduksi sistem imun sebagai respon terhadap bakteri, virus, dan parasit. Dengan menghambat molekul tersebut dengan cara modifikasi genetik pada tikus, peneliti menemukan beberapa bagian otak tikus menjadi hiperaktif dan tikus menjadi kurang berinteraksi satu sama lain. Setelah peneliti mengembalikan fungsi molekul tersebut, ternyata tikus kembali berperilaku secara normal.
J. Filiano, Phd, yang memimpin penelitian tersebut menyebutkan bahwa sangat penting untuk sebuah organisme untuk dapat bersosialisasi sebagai upaya untuk mempertahankan spesies. Sosialisasi memungkinkan organisme hidup untuk bersama mencari makan, berburu, mengumpulkan makanan, dan bereproduksi.
Dari situ, muncul sebuah hipotesis bahwa sebuah saat organisme berinteraksi bersama, akan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk menyebarkan infeksi. Dilema kemudian timbul, saat sebuah organisme mempunyai kebutuhan untuk bersosialisasi, namun terancam oleh penyebaran penyakit dari spesiesnya sendiri. Dalam evolusi, Interferon Gamma muncul dan kemudian berperan agar sebuah organisme dapat secara efisien meningkatkan perilaku sosial sekaligus meningkatkan respon anti-patogen.
Dampak Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari UVA tersebut memang menimbulkan dugaan bahwa tidak berfungsinya sistem imun bertanggung jawab pada gangguan psikiatris dan neurologis. Tetapi, dibutuhkan investigasi lebih lanjut untuk menemukan dampak dari sistem daya tahan tubuh terhadap autisme dan kondisi-kondisi lainnya. Namun, para peneliti meyakini bahwa penyebab dari kondisi tersebut tidak sesederhana ketidakberfungsian sebuah molekul, tetapi bisa jadi sangat kompleks.
Jaga Daya Tahan Tubuh untuk Berinteraksi Lebih Baik
Mengingat betapa berperannya sistem daya tubuh yang bukan hanya untuk mencegah penyakit, tapi dalam perilaku kita terhadap sesama, maka menjaga kinerja imun untuk tetap dalam keadaan prima menjadi sangat penting. Banyak cara sederhana untuk menjaga daya tahan tubuh. Mulailah dengan mencuci tangan secara reguler agar tetap higienis. Selain itu, perbanyak konsumsi air putih, buah, dan sayur agar nutrisi tubuh tercukupi dengan baik dan tetap kuat menangkal berbagai macam penyakit.
Berolahraga secara rutin juga disarankan agar tubuh tetap kuat. Kemudian, tidurlah selama tujuh hingga delapan jam dalam semalam agar tubuh memiliki waktu untuk memperbaiki semua sistemnya. Optimalkan upaya Anda untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan menambahkan nutrisi yang berasal dari suplemen. Konilife Imunea adalah pilihan suplemen yang tepat untuk mengingkatkan daya tahan tubuh.
Konilife Imunea terbuat dari bahan alami yang membuatnya aman untuk dikonsumsi secara rutin. Suplemen ini mengandung triple action formula yang terdiri dari ekstrak mengkudu, ekstrak echinacea, dan Zinc Gluconate. Konsumsi 1 hingga 3 kapsul sehari sesuai kebutuhan untuk meningkatkan kinerja sistem daya tahan tubuh Anda.