Kenali Penyakit Age-related Macular Degeneration (AMD) Sebelum Terlambat
05 February , 2018
Memasuki usia senja, tubuh dapat diserang berbagai penyakit degeneratif. Hampir eluruh organ dan indera manusia tak luput dari proses entropi yang membuat tubuh semakin melemah. Terlebih di era modern dimana zat-zat asing semakin gencar menyerang tubuh ditengah beribu aktivitas. Salah satu yang cukup berbahaya dan berpengaruh pada indera penglihatan adalah age-related macular degeneration (AMD).
Pengidap AMD akan secara perlahan kehilangan daya lihat di bagian tengah retina mata (macula), menyebabkan objek yang berada tepat di depan mata mengabur dan tak tampak. Penderita hanya dapat melihat objek yang berada di sisi saja (periferal), sementara bagian tengah tampak gelap seumpama lubang hitam. Meski tidak berujung pada kebutaan total, AMD tetap menjadi penghalang aktivitas sehari-hari, seperti membaca, memasak, dan mengenali wajah.
Seringkali penderita AMD tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut hingga penglihatan mereka mulai memburam. Hal ini yang menyebabkan penyakit tersebut berbahaya karena begitu memasuki tahap akhir akan mustahil untuk disembuhkan. Hingga kini para ilmuwan masih berusaha menyelidiki asal-muasal degenerasi sel yang menuntun pada penyakit AMD dan bagaimana menyembuhkannya.
Menurut hasil penelitian dari National Eye Institute di Amerika Serikat, penyakit age-related macular degeneration akan mencapai status epidemik pada tahun 2030. Dr. Carl Kupfer dari institusi tersebut menyatakan bahwa hal ini disebabkan oleh generasi baby boomer yang semakin menua—gaya hidup mereka, tidak adanya pengobatan, dan minimnya pencegahan—sehingga pada titik tersebut akan terdapat 6,3 juta penduduk Amerika Serikat yang mengidap AMD. Kini AMDF (American Macular Degeneration Foundation) merupakan organisasi terdepan dalam upaya memerangi AMD.
Penyakit ini cenderung muncul setelah lewat usia 50-60 tahun (pada beberapa kasus lebih awal), dimana daya tahan tubuh sudah jauh menurun dan dampak kurangnya nutrisi lantas menyerang indera penglihatan. Merokok juga dapat meningkatkan risiko terjangkit AMD hingga dua kali lipat, seperti halnya terlalu banyak melihat sinar ultraviolet. Selain itu, faktor genetik juga turut berperan dalam menentukan siapa saja yang memiliki kemungkinan mengidap penyakit tersebut.
Penyakit AMD sendiri dapat dibagi kedalam tiga tahap:
- AMD Tahap Awal
Pada tahap ini dokter dapat menemukan kandungan drusen (zat protein kuning) berukuran sedang di retina mata pengidap (hanya setebal rambut). Belum terdapat gangguan penglihatan pada tahap awal. Jika drusen tersebut dibiarkan berkembang, pengidap akan memasuki tahap menengah.
- AMD Tahap Menengah
Pada tahap menengah drusen akan membesar dan disertai dengan berubahnya zat-zat pigmen pada retina. Meskipun mulai berbahaya, pada tahap ini tidak banyak yang dapat dirasakan oleh pengidap AMD (masih bisa luput dari perhatian).
- AMD Tahap Akhir
Pengidap AMD tahap akhir akan mengalami pembesaran drusen yang berujung pada rusaknya macula dan kehilangan daya lihat. Tahap akhir ini sendiri dibagi menjadi dua jenis: geographic atrophy (dry AMD), dimana terjadi pelapukan sel pada macula yang berfungsi untuk menyampaikan sensasi visual ke otak, dan neovascular atrophy (wet AMD), dimana terjadi pertumbuhan pembuluh darah yang tidak normal dibawah retina, yang dampak kerusakannya jauh lebih fatal dari jenis yang pertama.
Sebesar 80% dari pengidap AMD termasuk ke dalam jenis geographic atrophy dan sisanya terjangkit dengan neovascular atrophy. Perlu diingat kembali bahwa hingga saat ini belum ditemukan metode penyembuhan penyakit AMD tahap akhir, sehingga penting untuk mencegah sebelum terlambat.
Meskipun berbahaya dan tidak dapat disembuhkan, age-related macular degeneration atau AMD dapat dicegah selagi gejala-gejala tahap awal mulai muncul. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk melakukan check-up jika diyakini memiliki kondisi fisik yang dapat menjurus pada AMD, seperti hobi merokok dan faktor genetik yang sudah disebut diatas.
Pengidap gejala tahap awal AMD belum tentu menderita tahap akhir. Hanya sekitar 5-14% pengidap tahap awal AMD yang terus lanjut hingga tahap akhir, yang membutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun. Pada tahap awal inilah penderita sangat dianjurkan untuk mengambil langkah-langkah penanganan, yakni dengan mengonsumsi lebih banyak nutrisi dan menjaga kesehatan tubuh.
Banyak-banyaklah mengonsumsi sayuran hijau. Mineral alami yang terkandung di dalamnya dapat memperlancar peredaran darah serta merangsang enzim yang berfungsi menjaga kondisi organ termasuk mata. Selain itu, vitamin A juga telah terbukti turun-menurun sebagai nutrisi yang paling penting untuk indera penglihatan.
Pencegahan AMD dapat dilakukan dengan berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan menghindari sinar ultraviolet. Konilife Vision dari Konimex menggunakan kandungan alami antioksidan, mineral, dan vitamin A yang dibutuhkan mata untuk tetap berada dalam kondisi prima dan mencegah degenerasi sel-sel retina tanpa efek samping. Pastikan untuk turut mengonsumsi sumber makanan bergizi, khususnya sayuran hijau dan ikan, untuk mencapai efek maksimal yang diinginkan. Sayangi penglihatan Anda sebelum usia tua.
Referensi
https://www.macular.org/what-macular-degeneration |
https://nei.nih.gov/health/maculardegen/armd_facts |
https://www.aao.org/eye-health/diseases/amd-macular-degeneration |