Apa Itu “Burnout”? Dan Mengapa Bisa Berbahaya Untuk Kesehatan dan Karir Anda?
05 February , 2018

Burnout dapat dikatakan sebagai kondisi stres kronis parah yang dialami oleh seseorang. Stres kronis ini menurut Dr. Shimi Kang, seorang Clinical Associate Professor di University of British Columbia, dapat mengakibatkan dampak berkepanjangan pada struktur otak.
“Burnout telah terbukti menyebabkan penyusutan, penipisan dan penuaan dini di amigdala, anterior cingulate cortex (ACC) dan medial prefrontal cortex (mPFC), yang merupakan area di otak yang memodulasi respon stres kita.” ujar Dr. Shimi Kang. Ada korelasi kuat antara stres jangka panjang yang membuat otak kita lebih rentan terhadap neurotoksin.
Beberapa orang memiliki gejala burnout yang bervariasi. Christina Maslach, Psikolog Sosial dan Profesor Psikologi di University of California, Berkeley memaparkan gejala paling umum dari burnout, di antaranya adalah:
- Kelelahan Akut
Kelelahan fisik, kognitif dan emosional yang mendalam dapat melemahkan kemampuan orang untuk bekerja secara efektif. Ini bisa disebabkan karena terlalu banyak hal yang harus Anda kerjakan, atau karena Anda kurang menguasai pekerjaan Anda dan tidak menyukainya. Kelelahan fisik bisa berdampak pada insomnia, sering jatuh sakit, penambahan berat badan atau kehilangan nafsu makan
- Sinisme
Anda bisa menjadi orang yang lebih sinis karena overload pekerjaan. Ketika beban kerja dirasa terlalu berat, seseorang akan kehilangan kenikmatan dan kebanggaan dalam pekerjaannya. Selain sinisme, kelelahan emosional yang Anda rasakan bisa membuat Anda mengalami kegelisahan, kemarahan, serta kecenderungan bersikap pesimis.
- Merasa Kurang Kompeten
Orang yang burnout akan merasa keterampilannya menurun dan khawatir tidak dapat berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya. Kelelahan yang kronis bisa membuat seseorang kehilangan perasaan terhubung dengan tugas dan pekerjaan mereka. Ini akan membuat produktivitas menurun. Otak yang terlalu banyak bekerja bisa kehilangan konsentrasi dan melupakan tugas-tugas yang justru penting.
Mencegah dan Memulihkan Kondisi Burnout
Tahun 2013 ComPsych, penyedia Employee Assistance Programs (EAP) yang berbasis di Chicago, mensurvey lebih dari 5.100 pekerja di Amerika Utara dan menemukan bahwa 62% pekerja mengalami stres, kehilangan kontrol dan merasakan kelelahan yang ekstrim.
Kelelahan ekstrim ini dapat menurunkan kesehatan fisik dan mental. Monique Valcour, PhD, seorang Executive Coach yang berbasis di Perancis dalam tulisannya di Harvard Business Review, menjelaskan bahwa kelelahan memiliki hubungan dengan penyakit arteri koroner, hipertensi, gangguan tidur, depresi dan kondisi mental yang negatif.
Selain itu, kelelahan juga menghasilkan perasaan sia-sia, mengurangi kualitas hubungan dan mengurangi prospek karir jangka panjang. Agar kondisi burnout tidak bertambah parah, ini yang bisa dilakukan untuk mencegah dan memulihkan burnout menurut Dr. Shimi Kang dan Monique Valcour, PhD:
- Memprioritaskan Self Care
Untuk kembali mengisi energi fisik dan emosional Anda, bisa dilakukan dengan memprioritaskan istirahat, nutrisi yang baik, olahraga, koneksi sosial, meditasi atau menikmati keindahan alam. Investasikan diri Anda pada hal-hal yang meningkatkan energi dan memberi ruang pada Anda untuk memiliki waktu yang tenang dan positif.
- Mengubah Perspektif Anda
Istirahat, relaksasi dan melakukan hal yang menyenangkan sudah Anda lakukan, tapi ternyata akar masalah penyebab burnout belum berakhir. Beban kerja masih terasa sangat berat dan konflik tampak sulit diselesaikan. Jadi, yang perlu diubah adalah perspektif Anda. Mana situasi yang benar-benar bisa diperbaiki? Jika keadaan sulit diubah, maka ubah sudut pandang dan pola pikir Anda.
- Bermain dan Menjalin Hubungan Sosial
Melakukan hobi yang berbeda dengan tugas rutin Anda di tempat kerja dapat menstimulasi otak dengan cara yang baru. Pastikan juga Anda memiliki hubungan sosial yang positif dan bermakna. Kumpul bersama teman dan berkomunikasi dengan keluarga juga merupakan cara yang terbukti menurunkan stres.
- Lakukan Downtime
Otak kita perlu di recharge setiap hati. Downtime tidak selalu berarti pergi berlibur. Bisa dengan berupa Anda menghentikan kebiasaan membuka internet di malam hari sepulang kerja dan mengganti kebiasaan ini dengan membaca buku. Pastikan dalam 24 jam, Anda punya beberapa momen di mana Anda cutting out atau memotong tugas apa saja yang sebenarnya tidak Anda perlukan. Cutting out berarti Anda punya batas-batas waktu yang harus Anda hargai. Orang-orang yang mengalami burnout biasanya karena mereka tidak bisa benar-benar mengatur jadwal mereka dengan baik.
Mencegah dan mengatasi burnout dapat membawa Anda ke prospek karir yang berkelanjutan serta kehidupan yang lebih sehat dan bahagia. Jika Anda mulai merasakan kelelahan akut Anda juga bisa mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan energi dan stamina Anda, salah satunya yaitu Konilife Co Q10.
Konilife Co Q10 mengandung Coenzym Q10 yang dapat menambah tenaga Anda. Dalam tubuh manusia, enzim ini berfungsi untuk menjaga kita tetap berenergi. Hanya saja enzim ini cenderung menurun ketika usia 20 tahun ke atas. Kekurangan 25% Co Q10 dapat menyebabkan tubuh mudah lelah dan turut menurunkan fungsi kerja organ-organ penting dalam tubuh, terutama jantung. Agar terbebas dari dampak buruk burnout, di mana Anda sering merasa energi Anda terkuras, konsumsi 1 kaplet sehari Konilife CO Q10 untuk menunjang performa Anda.
Sumber:
https://globalnews.ca/news/3639388/burnout-syndrome-symptoms-stress/
https://hbr.org/2016/11/beating-burnout